Sunday, August 23, 2015

UKM SUMBAR...MOTIF TENUN MINANGKABAU...



MOTIF TENUN MINANGKABAU









Dikatakan, songket atau tenun Pandai Sikek mempunyai nama-nama yang spesifik dan mengandung makna filosofis yang terkait dengan adat istiadat Minangkabau.
Nama-nama motif ini dikenal dengan baik oleh pengrajin tenun Pandai Sikek, dan oleh masyarakat Minangkabau secara luas.
Diantara nama-nama motif tenun adalah sebagai berikut.
Barantai Merah, Red Chains
Barantai Putiah, White Chains
Itiak Pulang Patang, ducks going single file
Pai satampuah, pulang sabondong
Ka bukik samo mandki, ka lurah samo manurun
Saluak Laka, Woven Rattan
Bakaik bakulindan
Basaluak untuang jo bagian
Lahia jo bathin di dalamnyo
Lahianyo aleh tambika
Bathin mangaik kaukuran
Balah sapiahan jo karek kuduangan
Bapantang putuih di dalam adat
Bagaikan apo nan lah tumbuah
Kok jauah jalang manjalang
Kok hampia silau manyilau
Kaik nan indak dapek sangkah
Tali nan indak buliah putuih
Putuihnyo antaro batenggang
Cukie Simasam, from the name of a plant
Bada Mudiak, a school of little fish going upstream
Ka mudiak mancari hulu, ka hilia mancari muaro
Mancari sayak nan landai, aie nan janiah
Atue Bada, little fish strung on a reed
Batang Pinang, the trunk of areca palm tree
Bayam, Seeds of spinach
Labu-labu, a string of fruits
Saga, the hard fibers from palm tree
Ijuak indak basaga, lurah indak babatue
Incek Antimun, cucumber seeds
Tirai, filigree or curtain
Ulek Tantadu, caterpillar
Ula Gerang, a snake
Pucuak Rabuang, Bamboo Shoot
Hiduik bak batuang: ketek paguno gadang tapakai
Cukie Kaluak, juga disebut Kaluak Paku, a fern curly tip
Kalua paku kacang balimbiang
tampuruang lenggang-lenggangkan
dibaok urang ka saruoaso
Anak dipangku kemenakan dibimbiang
urang kampuang dipatenggangkan
tenggang nagari jan binaso
Cukie Baserak, atau Sajamba Makan, spread patterns
Balah Kacang, split peanuts
Cukie Buah Palo, Nutmegs
Saik Kalamai, slices of a soft rice cake
Tampuak Manggih, Maggosteen stem
Batampuak buliah dijinjing, batali buliah diirik
Api-api, matchsticks
Kunang-kunang, fireflies
Piala-piala, cups
Susun Siriah, an ordered pack of betel leaves
Lah rancak susunnyo bak siriah, lah luruih bak mambatue
Siriah nan diateh, ameh nan dibawah
Tigo adat nan tajoli
Partamu sambah manyambah
Kaduo baso jo basi
Katigo siriah jo pinang
Sirangkak Bakuruang, land crabs enclosed
Bungo Sikakau, a type of fern
Silala Rabah, thatch
Salapah, Tobacco boxes
Banyak nama motif lainnya belum tercatat.

UKM SUMBAR.....UKM PADANG....KERAJINAN TENUN

Adat istiadat di Minangkabau mendorong kegiatan bertenun ini lebih jauh lagi karena pada setiap kesempatan upacara adat, kain tenun selalu wajib dipakai dan dihadirkan. Kata-kata adat dinukilkan di dalam nama-nama motif sehingga menjadi buah bibir dan diucapkan setiap saat. Kain tenun menjadi pakaian raja-raja, datuk-datuk dan puti-puti. Dimasa inilah, dimasa kejayaan Turki Usmani dan Asia Tengah, pada puncak kebesaran Dinasti Mongol di India ketika Sultan Akbar, 1556-1605 sangat memajukan seni dan ilmu pengetahuan, pada masa kejayaan Dinasti Ming dan Manchu di Cina: ketika itu pertukaran perdangangan dan budaya sedang sangat pesat dan melibatkan Minangkabau sebagai suatu kawasan yang menjadi lintasan perdagangan dan juga negri yang mempunyai komoditi dagang yang penting yaitu rempah-rempah dan emas, seni menenun kain dangan sutra dan benang emas di Sumatra, bersamaan dengan suji dan sulaman pun mencapai puncak kemajuannya dan menemukan ciri khasnya tersendiri.

















Hampir semua pelosok Minangkabau, dari Luhak sampai ke rantau, mempunyai pusat-pusat kerajinan tenun, suji dan sulaman. Masing-masih mengembangkan corak dan ciri-cirinya sendiri, hal yang sangat dikuasai oleh para pedagang barang antik dan kolektor. Beberapa nagari yang terkenal sekali dengan kain tenununya dan sangat produktif pada masa itu adalah Koto Gadang, Sungayang, dan Pitalah di Batipuh, dan nagari yang melanjutkan tradisi warisan menenun hari ini adalah nagari yang termasuk Batipuh Sapuluh Koto juga yaitu Pandai Sikek.( source : tenunpusako.com)

Monday, August 17, 2015

UKM BALI - TENUN GRINSING

TENUN GRINGSING : Warna kain tenun gringsing semuanya berasal dari bahan pewarna alami. Tenun Gringsing terbuat dari benang kapas yang ditenun menggunakan tehnik double ikat, yaitu tehnik dengan mengikatkan benang lungsi dan benang pakan secara bersamaan.








Tehnik ini dikenal sangat langka, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan satu lembar kain, berkisar antara 1-5 tahun. Di Asia hanya Jepang dan India yang masih menerapkan tehnik tenun ganda ini. Hingga tidak aneh jika kain tenun Gringsing ini memiliki harga yang sangat mahal.





UKM BALI - KAIN TENUN ENDEK

Kain endek merupakan kain ikat tradisional Bali. Pewarnaan motif dalam kain endek dilakukan secara manual. Pertama, kain diikat dan dicelupkan ke pewarna yang diinginkan. Kemudian, kain yang telah dicelup tersebut dijemur tanpa membuka ikatannya. Setelah dijemur, ikatan kain dilepas dan motif dibentuk pada kain tersebut.




















Kemudian Kain yang diikat dan telah dibentuk motifnya tesebut dicelupkan lagi ke pewarna yang lain, dan dijemur kembali. Proses ini terus berlanjut sampai didapat warna dan motif yang diinginkan.  Ini berarti butuh kesabaran ekstra untuk membuat kain endek. Oleh sebab itu juga, kain endek memiliki motif yang indah dan tidak pasaran.sekitar abad 18-19. Endek’ justru jadi simbol status. Seperti halnya kain songket Bali, Kamen (kain) Endek’ hanya dipakai kalangan bangsawan dan orang berada saja. Pemakaian motif pun tidak sembarangan. Ini serupa dengan sejarah kain batik pedalaman yang berakar dari budaya keraton (batik non pesisir, dimana motif tertentu mencerminkan status sosial. Dulu batik motif tertentu hanya boleh digunakan kalangan tertentu pula. Misalnya motif Parang Rusak yang dulu hanya boleh digunakan Raja dan keturunannya).